Friday, November 14, 2014

Teenage Dream

"Saat tur konser, meski aku suka semua lagu yang dimainkan dalam seluruh rangkaian tur, aku merasa ada bagian yang hilang, yaitu lagu yang bisa membuat orang-orang melompat-lompat". - Katy Perry

Itulah yang ada di pikiran Katy Perry selepas melakukan rangkaian tur konser untuk album One of the Boys. Maka terilhami musik-musik ABBA dan The Cardigans yang energik, ia memperlihatkan tape berisi kumpulan lagu-lagu kedua band kenamaan itu pada produser Dr. Ricardo sesaat sebelum memulai penggarapan album berikutnya. Ia bilang, album itu nanti harus bernuansa album seperti lagu ABBA dan The Cardigans.

Maka dengan pendekatan bermusik seperti itulah album tersebut dikerjakan. Proses rekaman dimulai sejak pertengahan 2009 hingga awal tahun 2010. Dr. Luke kembali bergabung, kali ini juga merangkap sebagai produser eksekutif. Nama-nama lain yang ikut memberikan kontribusi adalah Max Martin, Ryan Tedder, Greg Kurstin, dan juga Cathy Dennis.

Bulan April 2010, saat tengah menyelesaikan jadwal akhir rekaman di studio, Katy juga menjalani sesi pemotretan untuk majalah Rolling Stone. Pada majalah kenamaan itu, ia mengungkapkan bahwa single jagoan untuk album barunya diawali dengan California Gurls, yang merupakan jawaban untuk single Empire State of Mind-nya Jay-Z dan Alicia Keys.

Seluruh proses rekaman rampung tanggal 30 April. Nggak sampai dua minggu kemudian, alias tangga 11 Mei, California Gurls resmi dirilis secara secara digital di iTunes. Lagu ini ditulis Katy bareng Calvin Broadus, Max Martin, Lukasz Gottwald alias Dr. Luke, dan Bonnie McKee. Untuk mengisi bagian rap, Katy harus menyelidiki peta rapper Pantai Barat sebelum yakin memilih Snoop Dogg untuk diajak bermitra.

Judul lagu itu sendiri aslinya California Girls, namun kemudia diubah demi menghormati band Big Star yang baru saja kehilangan salah satu personilnya, yaitu Alex Chilton yang meninggal tanggal 17 Maret 2010 karena gangguan jantung. Kata gilrs diubah ejaannya menjadi gurls agar mirip dengan salah satu judul lagu milik Big Star, yaitu September Gurls.
 
Tiga hari setelah tanggal liris, syuting video klip pun dimulai. Klip California Gurls disutradarai oleh Matthew Cullen. Dalam klip itu, Katy dan para penari latarnya dilambangkan sebagai bidak-bidak dalam sebuah permainan papan semacam catur yang berlokasi di tempat antar-berantah bernama Candyfornia. Begitu dirilis di MTV tanggal 15 Juni, video klip tersebut mampu dengan ganas mendongkrak popularitas single California Gurls.
  

Hasilnya adalah sebuah kesuksesan yang telah diprediksi sebelumnya. Penjualan lewat unduh Internet mencapai angka 294 ribu kali hanya pada pekan pertama setelah tanggal peluncuran. Ditambah bantuan promo lewat video klip yang keren, California Gurls memuncaki tangga lagu Billboard Hot 100 pada tanggal 19 Juni. Single ini juga berada di spot nomor satu untuk chart lain Billboard, yaitu Adult Pop Songs, Hot Dance Club Songs, dan Pop Songs.

Belum lagi demam Katy Perry lewat California Gurls mereda, Capitol langsung menyusulkan single kedua, Teenage Dream, pada tanggal 23 Juli. Lagu ini ditulis oleh Katy bareng sahabatnya sesama penyanyi dan penulis lagu, Bonnie McKee. Untuk keperluan album baru, lagu ini dipoles ulang bersama-sama Dr. Luke, Max Martin, dan Benjamin Levin. Tanggal 10 Agustus, video klip Teenage Dream yang disutradarai Yoann Lemoine resmi dirilis.

 

Sebagaimana pendahulunya, yaitu California Gurls, Teenage Dream juga merajai chart Billboard. Selain di Billboard Hot 100, single ini juga merengkuh posisi teratas di chart Billboard Pop Songs, Billboard Adult Pop Songs, dan Billboard Hot Dance Club Songs. Di luar Amerika, lagu ini juga mencatat kedudukan peringkat satu di Brazil, Irlandia, Selandia Baru, dan Slovakia.

Setelah didahului dengan peluncuran dua single yang sama-sama memuaskan di pasaran, barulah album ketiga Katy Perry dirilis tanggal 24 Agustus 2010. Judul resmi yang dipakai adalah dari lagu single kedua, Teenage Dream. Peluncuran dilakukan secara digital di iTunes, dan kemudian barulah peluncuran CD dilakukan enam hari sesudahnya, tanggal 30 Agustus.

Promo album sudah dimulai sejak Juli, saat single Teenage Dream beredar. Foto-foto cover untuk kedua single pertama dikerjakan oleh Emma Summerton dalam sesi pemotretan bulan April. Sampul albumnya sendiri dikerjakan oleh oleh pelukis Will Cotton yang menggambarkan Katy berbaring telanjang dalam posisi tengkurap di atas awan yang terbuat dari cotton candy alias harumanis. Gambar cover ini resmi dirilis lewat Internet pada tanggal 21 Juli.

 

Kesuksesan album Teenage Dream bisa dilihat dari penilaian para kritikus. Situs agregator kritik Metacritic mencatat angka 52 (dari 100) untuk Teenage Dream. Ini lebih baik daripada album One of the Boys yang hanya meraup skor 47. Meski penilaian pengamat dan media berbeda-beda, namun semua sepakat bahwa Teenage Dream adalah sebuah album yang layak mendapat acungan jempol tersendiri. Leah Greenblatt dari Entertainment Weekly bahkan menulis bahwa Katy sangat serius dengan skill dan kemampuannya menulis lagu.

Namum kesuksesannya yang paling utama terang bisa dilihat dari respon pendengar dan penikmat musik. Nyaris semua single dari album ini menempati peringkat pertama di chart Billboard dan juga negara-negara lain. Firework yang dirilis 26 Oktober meraihnya, demikian juga dua single berikutnya, E.T (rilis 16 Februari 2011) dan Last Friday Night (T.G.I.F.) (rilis 6 Juni 2011). Hanya single keenam, The One that Got Away, yang gagal masuk peringkat teratas tapi tetap bertengger di urutan 10 besar.

The One that Got Away akhirnya mampu merengsek sampai urutan ketiga. Walau tak berhasil sampai peringkat teratas, ini tetap prestasi besar, karena jarang terjadi sebuah album berhasil memasukkan enam single-nya ke Top 10 dengan lima diantaranya berhasil duduk di urutan pertama Hot 100.

Kesuksesan album Teenage Dream bertambah dengan peluncuran ulang album tersebut dengan judul Teenage Dream: The Complete Confection pada tanggal 26 Maret 2012. Tujuh nomor baru ditambahkan, empat diantaranya daur ulang lagu-lagu versi asli Teenage Dream, yaitu The One that Got Away versi akustik, E.T. dengan bintang tamu Kanye West, Last Friday Night (T.G.I.F.) bareng Missy Elliott, dan Tommy Sunshine's Megasix Smash-Up (mengandung elemen dari lagu-lagu Teenage Dream, Last Friday Night, California Gurls, Firework, The One that Got Away, dan E.T.).

Tiga lagu lain yang sepenuhnya fresh adalah Part of Me, Wide Awake, dan Dressin' Up. Part of Me dirilis duluan pada tanggal 13 Februari 2012. Di luar dugaan, single ini langsung melakoni debut peringkat nomor satu Billboard Hot 100. Ini jelas prestasi spektakuler, karena amat jarang sebuah lagu baru yang dirilis dan langsung nangkring di urutan teratas antara lain adalah You are Not Alone (Michael Jackson), Fantasy (Mariah Carey), Exhale (Whitney Houston), dan juga One Sweet Day (Mariah Carey & Boyz II Men).

Single kedua dari album versi The Complete Confection adalah Wide Awake, yang diluncurkan tanggal 22 Mei. Single ini mampu mendaki hingga peringkat keempat Billboard Hot 100, dan menjadi single kedelapan dari album Teenage Dream yang sukses masuk Top 10.

Wide Awake ditulis Katy bareng Bonnie McKee, Dr. Luke, Max Martin, dan Henry Walter. Ini lagu yang asli dibuat Katy khusus versi rilis ulang The Complete Confection. Dua lagu lain, Part of Me dan Dressin' Up, direkam untuk album versi asli Teenage Dream tapi akhirnya enggak jadi masuk. Untuk lagu ini, Katy ngasih liriknya dulu ke pihak label, sesudah itu mengerjakan musiknya.

Proses rekaman lagu memakan waktu empat hari. Dua hari untuk membuat menyelesaikan penulisannya, dan dua hari sisanya buat take vokal. Bonnie bilang, lagu Wide Awake menjadi penanda perubahan corak bermusik Katy menjadi yang seperti diomongin Katy sendiri, lebih gelap dan nggak lagi gedubrakan lompat-lompat.

Dan ini diamini para kritikus musik dari berbagai media. Mereka menyebut single ini jauh lebih matang dan serius dari semua single Katy sebelumnya, yang serba nuansa pesta dan warna-warni. Lucas Villa dari The Bottom Line memujinya sebagai lagu yang mature, sedangkan Bill Lamb dari About.com ngasih penilaian Wide Awake sebagai lagu pop paling oke sepanjang musim panas 2012 lalu.

Video klip Wide Awake disutradarai oleh Tony T. Datis dan rilis tanggal 18 Juni, maju sehari dari jadwal peluncuran semula. Video dengan visualisasi yang sedikit muram ini mengambil tema negeri dongeng, menggambarkan seorang gadis tengah membuka-buka sebuah buku cerita yang memuat seluruh single sebelumnya dari Teenage Dream, masing-masing lagu dalam satu bab.

Video klipnya dibuka dengan dramatisasi sesi pemotretan Katy tanpa busana di atas awan kapas (yang ada di sampul album Teenage Dream), dan menjadi satu bagian promo untuk film dokumenter Katy Perry: Part of Me. Film dokumenter yang ditayangkan dalam 3D dan dirilis tanggal 5 Juli ini disutradarai duet Dan Cutforth dan Jane Lipsitz, menggambarkan proses perjalanan karir Katy sejak era Katy Hudson hingga sekarang. Dibuat dengan bujet $ 12 Juta (Rp 114 Miliar), sejauh ini Katy Perry: Part of Me udah meraup keuntungan hingga $ 23 Juta (Rp 218,5 Miliar) di Box Office.

Pekerjaan terbesar Katy yang ditelurkannya lewat album Teenage Dream ini nggak lain dan nggak bukan adalah single ketiga, Firework. Lagu ini ia tulis bareng Mikkel S. Erikssen, Tor Erik Hermansen, Sandy Wilhelm, dan Ester Dean. Beda dari I Kissed a Girl yang menuai kontroversi, lirik Firework justru sebaliknya, karena sangat inspiratif dan dianggap sebagai "lagu kebangsaan" untuk memotivasi diri sendiri. 

Katy sendiri menganggap Firework sebagai lagu favoritnya sepanjang masa, terutama untuk album Teenage Dream. Ia memang ingin membuat sebuah lagu besar dengan lirik yang hebat namun tidak dengan pendekatan yang emosional dan mendayu-dayu. "Aku ingin orang merasa bangga pada dirinya sendiri, dan menadi makin kuat, lewat lagu ini" papar Katy.

Firework dirilis tanggal 26 Oktober 2010 dan mencatat rekor penjualan yang fantasis. Hingga setahun berikutnya, Oktober 2011, single ini terjual di iTunes sebanyak 5 juta kopi di Amerika. Kesuksesannya turut terbantu oleh video klipnya yang dibesut oleh sutradara Dave Meyers dan dirilis tanggal 28 Oktober.

Dalam klip tersebut, Katy terlihat bernyayi dan menari di lokasi aslinya yaitu Budapest ibukota Hungaria. Ilustrasi klip meliputi beberapa orang remaja yang terasing dari lingkungan masing-masing karena berbagai kekurangan yang mereka miliki. Namun akhirnya mereka menjadi pede dan bangga sebagai diri masing-masing bahwa meski berkekurangan, mereka tetaplah makhluk yang istimewa dan oleh karena itu harus mensyukuri.

Sebuah audisi terbuka digelar untuk menjaring talent yang akan dipakai dalam video klip ini. Dan panitia terkejut karena pelamar mencapai hitungan yang juga nggak kalah fantasis, yaitu 38 ribu orang. Dengan percikan kembang api yang keren itu, nggak heran video klip Firework masuk tiga nominasi dalam gelaran MTV Video Music Awards 2011 dan akhirnya membawa pulang anugerah paling bergengsi, Video of The Year.

Firework memuncaki seluruh versi chart Billboard yang diikutinya, mulai Billboard Hot 100, Adult Contemporary, Adult Pop Songs, Hot Dance Club Songs, hingga Pop Songs. Di luar Amerika single ini juga meraih posisi nomor satu di Selandia Baru dan Kanada.
 

Thursday, November 13, 2014

I Kissed a Girl

Oke, sebelumnya Dr. Luke adalah musisi, produser, dan penulis lagu. Nama aslinya adalah Lukasz Gottwald. Lahir di Rhode Island tanggal 26 September 1973, Lukasz belajar otodidak main gitar sejak umur 13 tahun. Setamat Manhattan School of Music, ia lolos audisi untuk menjadi gitaris di home band acara komedi legendaris Saturday Night Live mulai 1997. Sesudah jadi produser, ia pakai nama panggung Dr. Luke.

Proyek sampingannya selain kerja sebagai gitaris adalah menulis lagu dan memproduseri beberapa artis kenamaan. Sebelum bertemu Katy Perry, ia pernah kerja bareng dengan Kelly Osbourne, Mos Def, Paris Hilton, dan juga Leona Lewis. Rekam jejaknya yang cemerlang itulah yang membuatnya kemudian dipasangkan dengan Katy untuk album pertama Katy dengan Capitol Music Group. Dan salah satu lagu paling heboh yang lahir dari kolaborasi keduanya adalah I Kissed a Girl.

Bagian chorus lagu itu sebenarnya sudah lama ada di pikiran Katy. Ia cerita, bahwa nada-nadanya mendadak muncul begitu saja satu kali saat ia bangun tidur. Walau begitu, ia mencuekin saja ide bagus itu selama satu setengah tahun lebih. Katy baru menyodorkannya pada Dr. Luke hanya dua hari sebelum jadwal rekamannya untuk album One of the Boys berakhir.

Ternyata Dr. Luke tertarik. Maka ia menyempurnakan lagu itu bareng Max Martin dan Cathy Dennis yang kemudian diajak ikut membantu. Cathy Dennis adalah penyanyi era 1990-an yang pernah kondang lewat lagu-lagu nomer satu seperti C'mon and Get My Love, Just Another Dream. dan Too Many Walls. Ia juga menulis dua single hit milk group vokal S Club 7, Never Had a Dream Come True dan Have You Ever.

Dr. Luke juga mengajak Gary "G" Silver dan Benny Blanco untuk memproduksinya. Ia ikut pula bermain dengan menyumbangkan berbunyian instrumen programming untuk drum, gitar, dan bass, sedangkan suara drum live dimainkan oleh Steven Wolf. Racikan I Kissed a Girl sempurna dengan suguhan backing vocal oleh Cathy Dennis. Terakhir, Katy memungkasi pekerjaan dengan menulis liriknya.

Unsur lirik inilah yang bikin gempar lagu itu dipertunjukan pada para eksekutif Capitol. Mereka nyaris saja ogah memasangnya ke dalam album Katy, apalagi meluncurkannya sebagai salah satu single andalan. Petugas A&R Capitol yang mengurusi Katy, Chris Anokute, bilang mereka nggak mungkin berani melakukannya karena temannya emang sangat kontroversial.

Di tangan Katy, lagu itu menjadi tak ubahnya sebuah propaganda lesbianisme. Dilihat dari kalimat-kalimatnya seperti, "I kissed a girl, and i liked it / the taste of her cherry chapstick" atau "I hope my boyfriend don't mind it / it felt so wrong / it felt so wright". Chris khawatir lagu ini akan meletupkan kontroversi luar biasa bila dirilis dalam album nantinya. Terlebih mengingat latar belakang keluarga Katy sebagai penganut Kristen taat, ia memberi warning I Kissed a Girl nggak akan bisa diterima di wilayah Bible Belt.

Yang disebut Bible Belt sendiri adalah kawasan di seputaran selatan dan tenggara Amerika tepmpat para warganya masih menganut agama Kristen dan Katolik secara taat dan cenderung konservatif. Tema lagu pop sekuler, apalagi yang sampai mengkampanyekan gay dan lesbianisme seperti I Kissed a Girl, jelas akan menemui tentangan keras. Chris bahkan takut urusan ini bisa membuat Katy kembali ditendang album rekaman untuk kali ketiga.

Untung kecemasan Chris tak terbukti. Upaya Katy dan Dr. Luke untuk tetap memasukan lagu itu ke dalam album Katy didukung oleh Wakil Presiden Senior Capitol Dennis Reese. Dennis juga yang mendorong I Kissed a Girl untuk mengudara lewat stasiun radio nasional, dan yang pertama kali menyambarnya adalah radio The River FM 107,5 MHz di Nashville, tempat Katy memulai perjuangan bermusiknya. Selepas tiga hari memutarnya, The River kebanjiran request lagu tersebut lewat telepon.

Maka enggak ada keraguan lagi soal I Kissed a Girl. Lagu ini pun menjadi single kedua milik Katy setelah Trust in Me, berselang tujuh tahun. Setelah melalui serangkaian perdebatan dan dag-dig-dug di kalangan para petinggi Capitol, I Kissed a Girl resmi dirilis tanggal 28 April 2008 dalam format digital download. Video klipnya meluncur ke layar kaca tanggal 16 Mei.

Kembali, sebagaimana respon yang dialami radio The River, publik dunia terpesona oleh lagu ini. Saat dirilis, I Kissed a Girl masuk Billboard Hot 100 di peringkat ke-67. Hanya perlu waktu 3 pekan, single tersebut naik hingga urutan ke-2. Dan tingginya angka download (yang resmi, dengan membeli!) serta pemutaran lewat radio membuat I Kissed a Girl akhirnya memuncaki Hot 100 pekan berikutnya.

Ini membuat Capitol mereguk sukses luar bisa, karena pada pekan sebelumnya, lagu yang duduk di urutan teratas adalah Viva La Vida milik Coldplay yang juga bernaung di bawah bendera Capitol. Selain di negeri sendiri, I Kissed a Girl juga memuncaki tangga-tangga lgu di Australia, Belgia, Denmark, Belanda, Inggris, dan juga Swiss.

Dalam soal penjualan, single tersebut merebut empat sertifikat platinum Amerika, lalu berturut-turut sertifikat platinum lain lagi di Australia, Jerman, Swedia, dan Inggris. Di Kanada, I Kissed a Girl bahkan meraup tujuh kali platinum, yang berarti di-download sebanyak 280.000 kali. Di Amerika sendiri, lagu itu sudah diunduh total sebanyak 4.155.000 kali.

Selain versi aslinya yang berdurasi 3 menit, I Kissed a Girl juga di-remix dalam berbagai versi berbeda. yang paling banyak adalah remix untuk edisi Eropa, yang mencapai 8 versi, masing-masing versi instrumental, acapella, rock mix, rock mix instrumental, 2 versi remix oleh Jason Nevins, dan satu versi remix oleh Dr. Luke, dan Benny Blanco.

Mengenai kesuksesan single tersebut, Katy belakangan berujar bahwa hal tersebut terjadi lebih dikarenakan melodi dan musiknya yang catchy. Walau begitu, liriknya yang berbeda dan kontroversial turut ambil peranan juga. 

Ia sendiri menjelaskan, apa yang tergambar di rilik lagu I Kissed a Girl hanyalah fantasi biasa seorang gadis puber. "Itu haya soal keingintahuan cewek" ujarnya pada blog The New Gay seraya menambahkan bahwa ia belu pernah mencium sesama cewek sebelumnya.

Namum apapun keadaannya, I Kissed a Girl menjadi ledakan pembuka untuk kesuksesan album solo kedua milik Katy, atau yang pertama dengan nama baru Katy Perry. Album itu kemudian dirilis pada tanggal 17 Juni 2008 dengan judul One of The Boys, mengmbil judul salah satu lagu yang dipasang di urutan pertama dan justru nggak diluncurkan sebagai single.

Total ada 12 lagu di album ini, yang semuanya ditulis Katy, tiga lagu ia tulis sendirian, yaitu One of the Boys, Thinking of You, dan mannequin. Sisanya ia garap bareng-bareng dengan para komposer top seperti Max Martin, Desmond Child, Ted Brunner, dan Matthew Thiessen.

Selepas I Kissed a Girl, tiga single menyusul diluncurkan: Hot n Cold (9 September), Thinking of You (12 Januari 2009), dan Waking Up in Vegas (21 April). Meski nggak dihadirkan sebagai single resmi, lagu One of the Boys malah masuk Top 50 di Australia sampai peringkat ke-40. Seluruh produk single, track digital, dan produk-produk untuk ponsel dari album  ini terjual hingga 22 juta kopi di seluruh dunia.

Dengan empat single yang berkibar, album One of the Boys meraup cukup banyak pujan dari berbagai kritikus media. Para pengamat ngasih rata-rata tiga dari lima bintang untuk album ini. Majalah Billboard bahkan menulis, belum pernah dalam sejarah dunia musik setelah Jagged Little Pill-nya Alanis Morissette, sebuah album debut disesaki begitu banyak single potensial. Dan kembali, Katy banyak dipuji karena skill penulisan lagunya yang makin cantik.

Di chart untuk labum, One of the Boys muncul diperingkat kesembilan Billboard 200 dan terjual 47 ribu keping pada pekan pertama peluncurannya. Dalam waktu singkat, album tersebut laku hingga 1,4 juta kopi dan mendapat sertifikat platinum di Amerika. Di chart album top rock, One of the Boys bisa nangkring hingga urutan ketiga.

Menjelang dan sekitar pergantian tahun dari 2008 ke 2009, dunia telah melihat keahiran seorang bintang besar. Dan kali ini, Katy Perry nggak lagi-lagi didepak oleh album rekaman. Ia telah menciptakan sejarah.

Sunday, November 9, 2014

Before Katy Perry

Maka mulailah sebuah periode yang penuh perjuangan dalam hidup sang artis dengan nama baru itu, Katy Perry. Tentu saja kegagalan album Katy Hudson nggak bikin dia patah semangat. Justru sebaliknya, ia tambah penasaran untuk terus mengejar mimpi-mimpinya di belantara musik. Dan itu terlihat dari keputusannya untuk hijrah meninggalkan kampung halamannya, Santa Barbara, menuju tempat lain yang masih berada di negara bagian California namun terasa seperti dimensi berbeda : Los Angeles!.

Dan itu dilakukannya saat usianya baru saja beranjak 17 tahun, usia ketika kebanyakan dari kita masih setia meringkuk dalam perlindungan orang tua dan sibuk menghabiskan duit mereka demi memenuhi semua keinginan. Bagi orang hebat seperti Katy, umur 17 justru menjadi saat-saat ketika perjuangan besar dan kerja keras dimulai.

Masih membawa latar belakang bermusik sebagai penyanyi dan penulis lagu gospel, tempat tujuan pertamanya adalah Island Records, Label ini didirikan di Jamaika pada tahun 1959 oleh Chris Blackwell dan Graeme Goodall. Katy akan bergabung bersama nama-nama besar semacam Babyface, Hoobastank, Jennifer Lopez, dan juga Lionel Richie.

Karena seumur hidup hanya tahu soal musik gospel, Katy boleh dibilang sama sekali nggak mengenal tentang dunia musik pop komersial secara umum. Maka ia juga bengong waktu ditanya oleh salah seorang produser di Island Records, kira-kira Katy ingin kerja bareng dengan produser atau musisi kayak apa untuk proyek albumnya.

Masih sambil bengong, Katy balik ke hotel bersama mamanya dan merenungkan masa depannya. Sambil mikir, ia menyalakan TV dan tune in ke channel khusus musik VH1, yang kebetulan saat itu tengah menayangkan wawancara dengan produser kondang Glenn Ballard. Dalam tayangan itu, Glenn tengah bicara soal salah satu anak didiknya yang paling tersohor, Alanis Morissette.

Glenn Ballard lahir tanggal 1 Mei 1953, dan telah bekerja sama dengan sangat banyak artis musik yang masuk kategori legenda. Ia ikut menggarap album Thriller, Bad, dan Dangerous milik Michael Jackson. Pada sekitar tahun-tahun itu, ia memproduseri album milik No Doubt, Shakira, dan Dave Matthews Band. Namum masterpiece-nya yang terindah adalah Jagged Little Pill (1996), album ketiga Alanis Morissette.

Pada era 1990-an, Alanis dan Jagged Little Pill adalah sebuah fenomena tersendiri. Nggak ada seorang pun yang melewati dekade itu dan nggak mengenali lagu-lagu seperti You Oughta Know, Ironic, ataupun Head Over Feet. Semua lagu di dalamnya ditulis oleh Alanis, sedangkan Glenn bertanggung jawab pada soal komposisi musik.

Alanis Morissette, dan terutama album itu, adalah inspirasi besar buat Katy. Ia baru berumur 12 tahun saat Jagged Little Pill dirilis. Muncul pada saat ia tengah merajut mimpi bermusik. Ide pun datang dengan seketika. Ia langsung meminta untuk dipertemukan dengan Glenn, dan di LA juga akhirnya pertemuan bersejarah itu berlangsung.

Pada Glenn, Katy menyodorkan salah satu lagu demo yang dimilikinya. Ternyata Glenn langsung tertarik dan menerima tawaran kerja sama yang diberikan Katy. Nggak cuma itu, Glenn juga membantu Katy mengasah kemampuan soal penulisan lagu, terutama untuk keluar dari kungkungan musik gospel yang sejak kecil ia alami.

Maka konsep album pun terbentuk. Dijadwal akan beredar pada tahun 2005, Katy dan Glenn bahu-membahu untuk memproduksi materi lagu-lagu yang akan dimasukkan ke dalam album tersebut. Sayang, dunia nyata ternyata nggak seindah cita-cita. Nggak ada progress yang berarti dari album tersebut. Yang lebih nyakitin, Katy akhirnya malah dikeluarkan sepenuhnya dari The Island Def Jam Music Group.

Mimpi untuk memiliki album pada tahun 2005 pun punah sudah. Lagu-lagu yang sudah selesai  digarapnya bareng Glenn Ballard pun mangkrak tak jadi mengudara di mana pun. Katy akhirnya memasang lagu Box, Diamonds, dan Long Shot di halaman MySpace-nya.

Beberapa di antaranya kemudian dipakai untuk keperluan lain. Single Simple batal masuk album solo, lalu dipasang sebagai salah satu lagu soundtrack untuk film The Sisterhood of the Traveling Pants (2005), film adaptasi novel berjudul sama karangan Ann Brashares yang dibesut Ken Kwapis. Di album soundtrack film itu, Katy berjajar bersama Chantal Kreviazuk, Natasha Bedingfield, dan Five for Fighting.

Dua lagu lain, Long Shot dan I Do Not Hook Up, dipakai oleh pemenang kontes American Idol musim pertama, Kelly Clarkson, dalam album keempatnya, All I Ever Wanted (2009). I Do Not Hook Up menjadi single kedua album itu setelah My Life Would Suck Without You dan berhasil nangkring hingga peringkat 12 di chart Billboard pop 100. Lagu tersebut digarap Katy bersama Greg Wells dan penulis lagu kenamaan Kara DioGuardi.

Lepas dari Def Jam, Katy direkut oleh label lain yang nggak kalah mentereng, Columbia Records. Ini terjadi setahun sebelum keduanya harusnya keluar, yaitu 2004. Namun kiprahnya di Columbia nggak berlangsung mulus, sebab ia tidak didesain untuk memegang sisi kreatif albumnya. Dalam arti, ia hanya menyanyi dan tak ikut campur terlalu jauh dalam penulisan lagu, komposisi musik, dan terutama pemilihan lagu serta single.

Selain itu, ada ide untuk menjadikannya sebagai vokalis cewek untuk The Matrix yang saat itu tengah menggarap album. The Matrix yang ini bukan film Keanu Reeves yang monumental itu, melainkan salah satu grup musik. Yang unik, The Matrix bukan band atau grup vokal, melainkan diisi oleh sederetan  orang yang bertindak sebagai produser. The Matrix waktu itu beranggotakan Lauren Christy, Graham Edwards, dan Scott Spock.

Lauren Christy pada tahun 1990-an pernah ngetop sesaat lewat dua soundtrack film, yaitu lagu The Color of the Night (dari film Color of Night) dan Anywhere the Wind Blows (film Seven Girlfriends). Ia kemudian menikah dengan Graham Edwards dan bertemu peniup trompet Scott Spock. Sebagai The Matrix, mereka meraup sukses dengan memproduksi lagu-lagu hit untuk Christina Aguilera, Backstreet Boys, serta Avril Lavigne.

Puas berproduksi untuk artis lain, mereka berencana untuk membuat album mereka sendiri. Selain Katy Perry, vokalis lain yang digaet adalah Adam Longlands. Sayang album ini terhenti di tengah jalan dan batal dirilis untuk jadwal edar 2004 (belakangan, ketika karir solo Katy Perry meroket, album ini dirilis tahun 2009 dengan The Matrix lewat iTunes!).

Album The Matrix
Nggak ada yang bisa diajak kerja sama, Katy lantas nekat memproduksi sendiri album solonya. Tapi kembali nasib buruk menimpanya. Belum genap album itu rampung dibuat, tahun 2006 Columbia memecatnya. Untuk kali kedua setelah out dari Def Jam, lagi-lagi Katy ditendang dari label rekaman yang merasa dirinya tak begitu berpotensi untuk jadi bintang besar.

Namum bukan Katy jika menyerah begitu saja. Sembari menunggu kontrak dengan label lain, ia mencari sesuap nasi dengan bekerja di Taxi Music. Ini merupakan sebuah agensi A&R (artists&repertoire) yang bergerak di bidang talent scounting (pencarian bibit-bibit baru penyanyi dan musisi berbakat) plus bisa juga menjadi semacam petugas penghubung antara artis dan label rekaman.

Untungnya para eksekutif Columbia cukup baik hati. Nggak memecat Katy begitu saja, mereka juga mencarikan label baru yang kira-kira akan cocok dihuni Katy. Namanya direkomendasikan salah satu petinggi Columbia, Angelica Cob Baehler, pada presiden label rekaman Virgin Records Jason Flom. Pada diri Katy, Jason melihat titik terang seorang bintang besar baru yang akan segera lahir.

Meski rekan-rekannya di Virgin banyak yang nggak sependapat, Jason Flom tetap keuhkeuh untuk menggaet Katy Perry. Peristiwa penting ini terjadi awal 2007. Katy akhirnya bener-bener teken kontrak untuk Jason Flom di label rekaman baru Capitol Music Group yang merupakan merger anatara Virgin Records dan Capitol Records.

Selain Katy, yang dibawa pindah dari Columbia adalah master lagu-lagu lama yang dibuatnya selama masih bergabung di sana. Dan langkah strategis pertama yang dilakukan Jason Flom adalah mempertemukan Katy dengan produser dan penulis lagu kenamaan Dr. Luke. Dari kolaborasi mereka lahirlah single I Kissed a Girl. 

Katy Hudson

Lagu-lagu demo yang dibuat oleh Katy segera disebarluaskan ke berbagai label rekaman. Setelah serangkaian kerja keras yang nggak bisa dibilang enteng, ia akhirnya digaet oleh sebuah label rekaman yang berlokasi di Portland, Oregon, yaitu Red Hill Records pada tahun 1999. Label ini berorientasi pada musik-musik gospel. Cocok dengan jenis musik yang selama itu ditekuni Katy.

Red Hill Records sendiri merupakan satu diantara sub-label suatu label induk bernama Pamplin Music, yang didirikan oleh miliuner kenamaan Robert B. Pamplin, Jr. pada tahun 1995 dan merupakan bagian dari holding-company-nya, Pamplin Entertainment (kemudian menjadi Pamplin Communications). Pamplin Entertainment bergerak di bidang media "dakwah" Kristen melalui musik, toko buku, dan produk-produk video.

Di pasar musik gospel, Pamplin terjun ke genre pop, rock, dan R&B. Untuk jenis-jenis musik lain, Pamplin membentuk sub-label seperti Red Hill yang menangani penikmat musik berusia remaja ABG dengan genre musik lebih condong ke pop dan elektronik.

Empat tahun setelah dibentuk, tepatnya pada tahun 1999, Pamplin Music mencatat profit besar dan masuk dalam lima besar label rekaman gospel terbesar di Amerika. Nggak hanya itu, mereka juga menjadi perusahaan distributor yang mengedarkan album-album rekaman label gospel lain, semisal Discovery House Music, Maranatha!, Audience Records, dan juga Infiniti Records.
 
Di samping Katy, artis-artis lain yang berkiprah di Red Hill Records diantaranya adalah Aurora dan The Echoing Green. Album Katy sendiri resmi dirilis pada tanggal 23 Oktober 2001, atau dua hari sebelum hari ulang tahun ke tujuh belasnya.Sebagaimana lazimnya sebuah album perdana, yang ini juga memakai self-titled alias diberi judul dengan nama sendiri. Hanya saja, waktu itu ia masih memakai nama resminya, Katy Hudson.
Total album ini memajang 10 track, dengan lagu Trust in Me, yang ditulisnya sendiri bareng dengan Mark Dickinson dijadkan sebagai single jagoan. Katy terlibat intens dalam penulisan semua lagu. Empat diantaranya, Last Call, My Own Monster, Spit, dan When There's Nothing Left, ia tulis sendiri, sedangkan sisanya ia kerjakan bersama Mak, Tommy Collier, Brian White, dan Scott Faircloff.

Secara umum, album Katy Hudson mendapat sambutan lumayan positif dari media. Kritikus Russ Breimeir dari majalah Christianity Today memuji kemampuan vokal dan penulisan lagu Katy. Russ menyebut Katy sebagai talenta baru yang menjanjikan, dan akan memulai karir yang panjang di dunia musik.

Kritikus lain, Stephen Erlewine dari situs musik Allmusic, bahkan menyertakannya dengan bintang besar era 1990-an, Alanis Morissette, terutama dalam segi penciptaan lagu. Stephen juga menyebut Katy sebagai "mismarketed" alias salah pasang pasar, karena seharusnya ia bisa bermain di pasar musik pop komersial, dan bukan hanya sebatas genre gospel.

Nggak hanya album, single Trust in Me yang dirilis tujuh bulan lebih awal, yaitu pada tangal 6 Maret tahun yang sama, juga menuai pujian dari para kritikus. Sayang lagu ini nggak sempat masuk chart Billboard. Selain itu, nggak ada single lain lagi yang diluncurkan dari album ini.
 
Dalam rangka promosi, Katy bikin website dengan namanya sendiri (kala itu) yang tentu juga sekaligus juga menjadi judul album. Ia juga mengikuti rangkaian tur konser The Strangely Normal Tour, mendapingi para artis dan musisi gospel lain, seperti Phil Joe, LaRue, Luna Halo, Earthsuit, dan juga V*Enna.

Sayang, meskipun sudah didukung dengan upaya promo yang sedemikian itu, album Katy Hudson ternyata nggak bunyi di pasaran. Sama sekali nggak ada yang mau beli. Konon album tersebut hanya laku 100 kopi, itupun barangkali habis dibagi-bagi di antara keluarga, teman, dan kenalan Katy saja. Namun itu lebih dikarenakan karena Red Hill gulung tikar tahun 2001, sehingga seluruh proses promosi, distribusi, dan penjualan album Katy Hudson terpaksa harus berhenti total.

Akan halnya Katy, belakangan ia mengganti nama panggungnya dengan menggalkan surname resminya dan berganti memakai bekas surname sang ibu, yaitu Perry. Ia berpikir nama Katy Hudson nggak hoki, karena terlalu mirip dengan dengan nama bintang tenar Hollywood, Kate Hudson.

Childhood

Nama lengkapnya adalah Katheryn Elizabeth Hudson. Lahir 25 Oktober 1984 jam 8:03 pagi di Rumah Sakit San Fernando Valley, Goleta, California, Amerika Serikat. Ia merupakan anak ke 2 dari 3 bersaudara buah cinta antara Keith dan Mary Hudson. Kakak perempuannya bernama Angela Hudson dan adik laki-lakinya bernama David Hudson.
 
Seorang Katy akhirnya besar di dunia musik sebenarnya bukanlah sesuatu yang terlalu mengherankan. Keith sang ayah, pada era 1960-an pernah berkiprah juga dalam dunia musik, yaitu sebagai seorang scenester. Scenester adalah istilah yang dipakai untuk menyebut orang-orang non-musisi yang ikut sibuk bekerja di satu jenis event musik tertentu. Keith kemudian menjadi pendeta.

Sementara itu, ibunya Mary, adalah seorang evangelist atau pengkotbah yang sebelumnya pernah menikah di Zimbabwe, namun kemudian terpaksa balik lagi ke Amerika ketika pernikahannya tidak berjalan mulus. Nama keluarganya adalah Perry. Ia merupakan saudara tiri sutradara kenamaan era 1960-1980-an, Frank Perry (1930-1995). Meski Frank tidak pernah meraih piala bergengsi di dunia perfilman, kita tahu dari mana darah seni yang dimiliki Katy Perry berasal.

Karena besar di dalam agama yang saleh, praktis semua aktivitas Katy kecil hanya berkutat di seputar gereja. Ia bernyanyi di koor gereja sejak usia 9-17 tahun. Ia hanya mendengarkan musik-musik gospel, dan tidak diizinkan menikmati musik yang dikategorikan "sekuler". Sekolahnya pun bernuansa Kristen. Begitu pula saat ia mengikuti aneka macam perkemahan saat libur musim panas tiba.


Yang bikin Katy kecil punya minat besar dalam dunia musik adalah Angela. Layaknya anak kecil di mana pun yang hobi mengidolakan dan meniru sang kakak, demikian pula Katy pada kakak perempuannya itu. Kebetulan saja kala itu Angela memang hobi menyanyi, dan kerap latihan vokal diiringi dengan lagu-lagu yang diputar dari pita kaset.

Saat Angela tidak ada di rumah, Katy diam-diam mengambil kaset milik Angela dan ikut berlatih menyanyi juga. Ternyata hasilnya tidak mengecewakan. Waktu dia mempertunjukkan bakatnya di hadapan kedua orang tuanya, mereka terkesan dan menyuruhnya ikut les vokal secara serius.  

Maka Katy pun antusias masuk les vokal saat masih berusia 9 tahun. Bagi kedua orang tuanya, bakat Katy jelas bisa dipergunakan untuk mendukung kegiatan gereja, dan bukannya untuk menjadi artis musik komersial dunia hiburan. Sejak saat itu Katy memang ikutan aktif menyanyi di gereja.

Les vokal ia ikuti hingga berumur 16 tahun. Ia kemudian meneruskan pelajaran musiknya di Musik Academy of the West di Santa Barbara, meski tidak berlangsung lama. Namun ambisi bermusiknya yang kental terlihat saat memutuskan untuk mengikuti tes GED waktu baru masuk kelas 1 SMA Dos Pueblos.

GED adalah kependekan dari General Education Development, yaitu satu bentuk ujian khusus yang diterapkan dalam dunia pendidikan nasional di AS dan juga Kanada. Seorang siswa yang lulus GED ini dinyatakan layak untuk menyandang ijazah setingkat SMA.

Mungkin kalau di Indonesia istilahnya ujian persamaan. Bedanya, GED bisa diikuti siswa yang masih kelas X atau XII. Jadi kalau bisa melewatinya, siswa yang bersangkutan bisa langsung dinyatakan lulus SMA dan tidak harus mengikuti full melewati SMA sampai 3 tahun yang sebagaimana harusnya.

Katy lulus di ujian khusus ini. Oleh karenanya, ia tidak harus melanjutan studinya di SMA demi tekad menekuni karir secara serius di bidang musik. Dan keputusannya tepat, sebab saat ia usia 15 tahun, bakatnya ditemukan oleh para musisi di Nashville, Tennessee.

Katy pun dibawa ke sana untuk diajari jurus-jurus penulisan lagu dan komposisi musik. Di sana jugalah ia mulai belajar bermain gitar sehingga bisa lebih membantu dalam proses penulisan lagu. Di bawah bimbingan para musisi senior itu jugalah Katy mulai memproduks lagu-lagu demo.
   
 Ini adalah salah sau cuplikan masa kecil Katy dari film Katy Perry - Part Of Me